Anne Sri Arti tidak pernah merencanakan akan menjadi orang yang menggerakkan petani dan peternak. Wanita lulusan sebuah perguruan tinggi swasta jurusan perbankan ini sempat bekerja di Bank Universal Jakarta selama 8 tahun sembari meneruskan kuliah perbankan.
Dia memutuskan menabung untuk membuka usahanya di bidang peternakan. “Saya menabung sapi perah. Jadi bekerja sama dengan peternak di Sukabumi hingga memiliki 9 ekor sapi,” cerita perempuan kelahiran 1973 ini. Namun, saat itu sapi yang diternak tidak menghasilkan dan akhirnya ia memutuskan untuk mengelolanya sendiri. Alhasil, ia pun mengumpulkan 20 peternak sapi di Sukabumi dan belajar mengolah susu.
Saat Anne berkecimpung langsung di peternakan sapi, dia merasa harga yang diterima peternak begitu rendah. Maka dari itu, dia berniat ingin meningkatkan taraf hidup peternak sekaligus ingin menikmati sedikit hasil dari sapi yang dimilikinya. Bersama 20 orang peternak lainnya, dia membuat sebuah kelompok tani. “Kami beri nama Makmur Agro Satwa (MAS). Dari sebuah kelompok yang beranggotakan 20 orang berkembang menjadi gabungan kelompok yang terdiri dari 7 kelompok, lalu berkembang kemudian menjadi koperasi,” jelasnya.
Dari sinilah koperasi mempunyai berbagai jenis usaha yang akhirnya membesar dan menjadi perusahaan seperti sekarang ini. Kelompok peternak miliknya kini dilegalkan dengan nama Makmur Agro Satwa pada 2009. Seluruh anggota kelompok MAS telah memiliki sapi sendiri, rata-rata dua hingga tiga sapi. Kemudian hasil perahan susu dijual Rp4.500 per liter yang dulunya hanya Rp3.100. “Olahan susu seperti puding, yogurt, dan susu kemasan juga menjadi komoditi yang menjadi nilai tambah,” ujarnya.
Pertengahan 2010, Anne memutuskan untuk mengubah pasar setelah maraknya gerakan minum susu dari pemerintah saat itu. Akhirnya dia membuat gerakan minum susu sendiri, tanpa tergantung APBD, dengan menggandeng sekolah. “Saya menawarkannya ke banyak sekolah namun hanya beberapa saja yang menerimanya,” imbuhnya. SD Bojongkoneng adalah SD pertama yang ikut gerakan ini dan direkomendasikan ke sekolah-sekolah lain hingga mencapai 386 sekolah di Sukabumi sampai ke Bogor.
Anne kemudian berinisiatif membuat program dengan menjadi konsultan bagi para petani di bawah MAS. Program Sosial Invesment Program (SIP) adalah program pemberdayaan masyarakat yang fokus pada membentuk sebuah ekosistem baru dan berorientasi terhadap kedaulatan pangan sebuah daerah. “Sekarang sedang membangun beberapa demplot di beberapa titik Indonesia Timur. Tujuannya, memberikan contoh bukan hanya bertani yang baik dan benar, tapi masyarakat tani juga harus bisa memaksimalkan lahannya untuk menghasilkan yang terus menerus, bukan musiman,” jelasnya.
“Kuncinya memastikan pasar untuk hasil pertanian. Mau tidak mau saya terjun langsung agar hasil pertanian sesuai dengan spek pelanggan, lalu saya belajar tentang pertanian otodidak,” kenangnya. Dia juga mengawal negosiasi kontrak langsung antara petani dengan perusahaan katering maupun industri, salah satunya Heinz ABC dan Indofood. Hampir seluruh Indonesia MAS punya binaan, satu titik katering industri misalnya dipasok oleh rata-rata 300-400 petani.
Selain koperasi, MAS fokus pengelolaan sapi, ayam potong, ayam petelur dan kebutuhan untuk pasokan katering industri. Lalu ada PT Rajatani Agro Nusantara (RAN) pada 2015 yang didirikan oleh pengusaha Rahmat Gobel setelah tidak menjadi menteri. Menurutnya, Rahmat Gobel tidak ingin program kedaulatan pangan berhenti karena dia sudah tidak menjadi menteri. “Rahmat Gobel memiliki 51% saham di RAN, 30% saya miliki dan suami, sedangkan sisanya Bob Hardian,” ungkapnya.
Anne bersama MAS pernah meraih penghargaan Social Entrepreneur dan Green Entrepreneur Wanita Wirausaha Femina 2013 dan EY (Ernst & Young) Winning Women 2014. Saat ini di bawah Rajatani, ia sedang membuat sebuah Pusat Inovasi Agribisnis yang nantinya untuk teman-teman petani agar dapat belajar di wilayah Indonesia Timur. “Prestasi banyak, tapi yang utama petani-petani di bawah Rajatani punya penghasilan yang lebih baik dan stabil,” dia mengungkapkan mimpinya.
Di bawah PT Aren Mas Nusantara yang merupakan pengembangan MAS, perusahaan pengemasan produk olahan aren dan diekspor ke empat negara. Lalu ada PT Mas Raja Agro Nusantara yang juga mengemas berbagai produk herbal, dari 10 jenis produk sudah ekspor 5 jenis ke Jepang. Lewat usahanya ini, Anne yakin Indonesia dalam waktu dekat dapat berdaulat pangan. “Syarat mutlak sebuah negara harus berdaulat pangan jika ingin punya keamanan pangan,” tegasnya.