JAKARTA, bisniswisata.co.id: Bermula dari kiriman foto tumpukan ribuan buah tomat hasil panen petani Sukabumi yang tidak terserap pasar, Anne Sri Arti mengunggah foto tumpukan tomat dalam gudang yang teronggok dan membusuk itu ke dalam WhatsApp (WA) Group Komunitas Pengusaha Perempuan Indonesia yang tergabung dalam Witty Intelegent Smart Independent (W.I.S.E) dikomandani Santi Mia Sipan, Presdir Jaty Arthamas Rizky.
Anne juga memperlihatkan suasana kebun tomat dengan buahnya yang menggelantung lebat namun dibiarkan membusuk di atas pohonnya karena harga jual tomat hari ini dibanding harga upah buruh petik justru lebih mahal upah petiknya. Ironisnya lagi, buah tomat yang dijual di bawah harga break event point (BEP) itu jika di tangan pedagang ritel harganya bisa naik dua ribu persen.
Petani memilih buah-buah yang sudah ranum itu tidak dipetik dan dibiarkan rontok karena harga produksi bahkan lebih rendah dari harga upah buruh petiknya. Hasil panen para petani binaan yang mubazir itu membuat hati Anne terasa seperti teriris-iris.
“Harga yang udah anjlok dan sangat rendah saja tidak diambil dan hal ini akan membawa petani pada situasi pinjam uang pada tengkulak untuk biaya menanam lagi. Dalam situasi ini para tengkulak berjasa pada petani karena disaat petani susah mereka bisa meminjamkan uang tapi akibatnya, hasil produksi berikutnya sudah milik para tengkulak (bandar) itu,” jelas Anne.
Padahal sebenarnya yang terjadi adalah pasokan berlebih dari tomat ini akibat pola tanam yang belum di tata dengan baik, selain memang semua jalur distribusi tomat dikuasai oleh bandar. Sementara pabrik-pabrik besar yang memproduksi saos tomat dengan bahan baku buah tomat hanya menyerap hasil petani yang sudah punya kontrak tanam dengan mereka saja.
Tak mau berpangku tangan menerima kabar duka dari para petani itu, Santi berinisiatif memasarkan langsung lewat WA agar berton-ton tomat tidak membusuk. Tanggapan para anggota group WA dari W.I S.E ini ternyata luar biasa bahkan selain Santi yang menjadi pengusaha sukses di bidang agribisnis, muncul Jussabella Sahea, mantan Dirut PT Pelni serta Kusuma Prabandari, pendiri komunitas Pusaka Saujana sebagai The Best Marketer tomat Sukabumi versi W.I.S.E.
Pasalnya selain kontribusi besar dari para pengusaha wanita yang memborong minimal 50-100 kg tomat/orang, baik Jussabella maupun Kusuma bisa menjual masing-masing mencapai lebih dua ton ke teman-temannya yang berada di WA group lain.
“Alhamdulilah pesanan hari ini dari WA group mencapai 5850 kg. beribu-ribu terima kasih atas pembelian tomat karena bukan hanya petani di Sukabumi. Tadi malam saya baru pulang dari Tasik, para petani tomat di sana senyum cerah dan mereka semua siap petik tomat untuk dikirim hari ini ke Jakarta dan tiba Kamis (30/7),” kata Anne
Selesaikah kepedulian Anne pada mata rantai distribusi sayur mayur dari para petani binaannya ? “Belum mbak, para petani yang kirim produk ke Pasar Induk menjelang Lebaran lalu di hadang oleh oknum sehingga akhirnya hasil panen terpaksa di bawa kembali, mereka tidak dapat menjual hasil panen,” jelasnya.
Akibatnya bisa ditebak, yang nampak seolah-olah pasokan minim padahal harga dikendalikan segelintir orang. Sementara masyarakat harus membeli dengan harga selangit. Bukan barangnya yang tidak ada, permainan di jalur distribusinya yang harusnya diatasi Kemendag, Kementrian Pertanian dan kementrian terkait lainnya,” ungkap Anne.
Semua produk peternakan dan pertanian memang menjadi perhatian dari pemenang Ernest &Young Entrepreneurial Winning Women ( EY EWW) 2014. Masalah pangan yang menyangkut hak hidup dan kebutuhan masyarakat banyak tidak pernah membuat otak Anne berhenti berfikir untuk bersinergi dengan berbagai pihak.
Awalnya pada 2009, Anne Sri Arti, 42, adalah konsultan dan pengolah susu murni yang memulai usahanya denganmodal sendiri sebesar Rp 5 juta dan Rp 10 juta uang pinjaman untuk membeli Freezer.
Tekadnya hanya satu berwirausaha sekaligus memberdayakan masyarakat disekitar tempat tinggalnya yakni peternak, pengolah serta pengemas produk olahan dari susu. Lewat usaha yang diberi nama Makmur Agro Satwa( MAS) dia menciptakan makanan dan minuman yang berbahan dasar susu.
Di tangan Anne bahan tersebut bisa diubahnya menjadi susu pasteurisasi, yoghurt, permen susu, snack susu hingga pudding. Dia juga pengumpul susu dari para peternak dimana harga beli seliter susu murni darinya sekitar 40% lebih tinggi ketimbang harga di KUD.
Setiap hari, Anne berkeliling menyambangi para peternak sapi, menjadi konsultan, mengajar pengolahan dan pemasaran susu. “Lebih baik saya ajarkan peternak bagaimana mengolah susu karena saya percaya rejeki tidak akan tertukar dan saya bahagia ketika mereka bisa maju,” tegasnya.
Agar semua pasokan susu terserap, Anne putar otak membuat program Gerakan Minum Susu ( Gerimis) dan memasarkannya ke sekolah-sekolah. Dia tidak meminta sekolah menggunakan anggaran pemerintah untuk menyehatkan jiwa dan raga siswa, cukup dengan mengizinkan produk olahannya masuk ke sekolah-sekolah dalam kemasan plastik es mambo seharga Rp 1000/buah.
Alhasil dengan uang jajan yang dimilikinya, para siswa bisa membelinya karena terjangkau dan menjadi asupan yang bergizi bagi siswa SD-SMA. Tak tanggung-tanggung, kini setiap hari perempuan asal Sukabumi ini ini memasarkan produk olahan susu ke 364 sekolah-sekolah di sekitar Bogor dan Sukabumi.
Cara pemasaran ini terbukti produksi yang dihasilkan para peternak bisa langsung disalurkan ke sekolah-sekolah sehingga tidak ada penumpukan barang dan pembayaran kas pun lancar. Soalnya, kata Anne, jika dipasarkan dengan cara menitipkan di warung maka ada produk olahan yang tersisa dan itu artinya ada kerugian.
Akrab dengan suasana pedesaan, bergaul dengan para petani dan peternak memang menjadi keseharian Anne, padahal keluarga dan relasinya mendunia baik dari kalangan pemerintahan maupun swasta. Wanita yang memiliki banyak kegiatan sosial dan sejumlah penghargaan ini tidak lagi terpana dengan kehidupan ibukota. Namun setiap hari melalui gadget dan dunia maya, Anne selalu terhubung dengan beragam komunitas termasuk mendampingi para menteri dan pejabat berbagai instansi saat turun lapangan.
“Saya senang kalau ada menteri yang mau turun langsung ke lapangan seperti ke sentra-sentra produksi karena bisa mendapat data yang akurat langsung dari petani seperti yang dilakukan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel,” ujarnya.
Menjelang Lebaran lalu malah Anne nyaris tidak tidur bisa tidur kalau telepon genggamnya tidak dimatikan. Maklumlah banyaknya persoalan yang muncul dalam hal tata niaga produk pertanian dan peternakan sehingga pemerintah perlu menjaga harga yang stabil dan pasokan yang terjaga.
“Alhamdulilah di kampung masih banyak orang yang membutuhkan saya, kalau dikota besar kan sudah banyak orang pintar dan hebat. Buktinya dari konsultan peternakan saya akhirnya jadi konsultan untuk semua petani,” “
Bekerja di daerah terpencil yang kurang hiburan membuat Anne kerap menyambangi kebun-kebun petani. Dari mulai ikut menanam, membantu memtik hasil panen, mengobrol dengan petani akhirnya muncul semangat untuk terus memotivasi dan memberikan solusi-solusi bagi mereka.
Saat ini, kata Anne, masih ada pekerjaan rumah dalam benaknya yaitu menciptakan desa emas dengan menjual paket wisata dari hulu ke hilir mulai aktivitas dari peternakan hingga mengolah menjadi produk susu. Wisata pedesaan yang sarat edukasi diyakininya bukan hanya diminati siswa tapi juga keluarga Indonesia.
“Mimpi saya lainnya adalah segera membuat sekolah gratis, pusat kesehatan atau klinik gratis buat para petani dan peternak. Kalau program Corporate Social Responsibility semua perusahaan yang memakai bahan dasar susu murni, sayur mayur mau difokuskan pada pedesaan maka bisa segera terwujud,” katanya penuh harap.
Maklum warga desa umumnya sudah kenyang dengan janji-janji pemerintah untuk mensejahterakan hidup mereka. Fokus untuk berbuat kebaikan setiap hari dan membela kebenaran sekecil apapun agaknya membuat langkah Anne semakin mantap mewujudkan desa emasnya. ( hildasabri@yahoo.com)