Program Studi (Prodi) Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang atau UMM mendatangkan Komisaris PT. MAS Group Sentot Joko Priyono. Agenda tersebut dalam rangka kuliah tamu dan penandatanganan kerjasama Center of Excellence (CoE) Ekspor Agrokompleks buata Prodi Agribisnis UMM.
Pria yang akrab disapa Sentot itu menjelaskan bahwa CoE Ekspor Agrokompleks akan dibuat menjadi basecamp kelas yang akan berlangsung di Pontianak. Menurutnya Pontianak menjadi pilihan karena punya pelabuhan yang mendukung, terutama untuk regulasi ekspor. Peserta CoE akan diajari langsung oleh stakeholder yang sudah malang melintang pada kegiatan ekspor.
“Jadi nantinya yang pelatihan diisi oleh petani komoditi, pengelola, bea cukai bahkan pembeli dari luar negeri. Pembeli dari berbagai negara seperti India, Bangladesh, ataupun Malaysia. Para peserta bisa memperoleh pelatihan dan pengalaman mumpuni, ujarnya saat kuliah tamu, Senin (21/3/2023).
Kelas tersebut, sambung Sentot, akan berisi 80% praktek dan 20% sisa materi. Dari pembagian itu diharapkan muncul bibit unggul yang paham soal ekspor dan berbagai hal yang berkaitan dengan itu.
“Ada banyak kesempatan maupun peluang dalam bisnis pangan, termasuk agrokompleks. Hal itu tak terlepas dari kebutuhan manusia pada pangan yang harus dipenuhi. Maka, para mahasiswa harus bisa memanfaatkannya dengan baik,” tegasnya.
Hadir juga pada kegiatan penandatanganan Direktur utama PT. MAS Group, Anne Sri Arti. Dia menceritakan jatuh bangun ketika memulai usahanya. Anne Sri mengajak anak muda agar bisa melihat peluang yang ada.
“Saya mengawali semua ini dengan keluar dari zona nyaman, lalu menggandeng peternak sapi perah. Dari situ, muncul ide dan usaha yang terus berkembang. Semua pasti ada hambatan, tapi jika tekun dan melihat peluang, saya rasa keberhasilan menunggu di akhir jalan,” ucapnya.
Terpisah, Ketua Program Studi Agribisnis UMM Ary Bakhtiar, SP., M.Si. memandang bahwa peluang pengembangan pasar ke luar negeri sangat terbuka lebar. Salah satunya berkaitan dengan bidang agrokompleks.
“Agrokompleks meliputi perkebunan, tanaman pangan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Maka peluang itu harus dapat dimanfaatkan secara baik. Satu upaya yang bisa dilakukan dengan peningkatan kuantitas dan kualitas pengekspor produk agrokompleks,” kata Ary Bakhtiar, Selasa (21/3/203).
Ia berharap melalui CoE bisa menjadi bekal teknis dan pengetahuan kepada mahasiswa terkait ekspor. Manfaat tersebut diharapkan meluas pada juga lintas jurusan, fakultas bahkan tingkat universitas.
“Melalui pemberian informasi tentang potensi dan tantangan ekspor produk agrokompleks, persiapan awal sebelum ekspor dan implementasi saat kegiatan ekspor produk dapat dipahami,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Dr. Fauzan, M.Pd selaku Rektor UMM. Fauza menjelaskan, potensi ekspor begitu menjanjikan, sehingga diharapkan mereka yang terlibat dalam CoE akan menjadi pengekspor yang handal dan mampu memahami regulasi secara baik.
“Tidak harus menunggu lulus, tapi dimulai sejak bangku perkuliahan. Hingga saat ini ada lebih dari 40 CoE yang berdiri dan berjalan. Mulai dari CoE koi, cokelat, unggas, metaverse, unggas, welding inspector, anggrek, metaverse, dan lainnya. Banyak yang datang ke UMM untuk belajar soal CoE ini. Bahkan ada yang ikut membuka program serupa,” pungkas Rektor UMM.